Selasa, 16 Juni 2009

Cinta Sepanjang Masa

Prinsip-Prinsip Dasar Mujahidah

Cinta Sepanjang Masa

Ia adalah wanita yang terus hidup dalam hati suaminya sampaipun ia telah meninggal dunia. Tahun-tahun yang terus berganti tidak dapat mengikis kecintaan sang suami padanya. Panjangnya masa tidak dapat menghapus kenangan bersamanya di hati sang suami. Bahkan sang suami terus mengenangnya dan bertutur tentang andilnya dalam ujian, kesulitan dan musibah yang dihadapi. Sang suami terus mencintainya dengan kecintaan yang mendatangkan rasa cemburu dari istri yang lain, yang dinikahi sepeninggalnya. (Mazin bin Abdul Karim Al Farih dalam kitabnya Al Usratu bilaa Masyaakil)

Suatu hari istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain (yakni ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha) berkata, “Aku tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyebutnya.” (HR. Bukhari)

Ya, dialah Khadijah bintu Khuwailid bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza bin Qushai. Dialah wanita yang pertama kali dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bersamanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membina rumah tangga harmonis yang terbimbing dengan wahyu di Makkah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menikah dengan wanita lain sehingga dia meninggal dunia.

Saat menikah, Khadijah radhiyallahu ‘anha berusia 40 tahun sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusia 25 tahun. Saat itu ia merupakan wanita yang paling terpandang, cantik dan sekaligus kaya. Ia menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tak lain karena mulianya sifat beliau, karena tingginya kecerdasan dan indahnya kejujuran beliau. Padahal saat itu sudah banyak para pemuka dan pemimpin kaum yang hendak menikahinya.

Ia adalah wanita terbaik sepanjang masa. Ia selalu memberi semangat dan keleluasaan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mencari kebenaran. Ia sendiri yang menyiapkan bekal untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau menyendiri dan beribadah di gua Hira’. Seorang pun tidak akan lupa perkataannya yang masyhur yang menjadikan Nabi merasakan tenang setelah terguncang dan merasa bahagia setelah bersedih hati ketika turun wahyu pada kali yang pertama, “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silaturahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih) (Mazin bin Abdul Karim Al Farih dalam kitabnya Al Usratu bilaa Masyaakil)

Pun, saat suaminya menerima wahyu yang kedua berisi perintah untuk mulai berjuang mendakwahkan agama Allah dan mengajak pada tauhid, ia adalah wanita pertama yang percaya bahwa suaminya adalah utusan Allah dan kemudian menyatakan keislamannya tanpa ragu-ragu dan bimbang sedikit pun juga.

Khadijah termasuk salah satu nikmat yang Allah anugerahkan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia mendampingi beliau selama seperempat abad, menyayangi beliau di kala resah, melindungi beliau pada saat-saat yang kritis, menolong beliau dalam menyebarkan risalah, mendampingi beliau dalam menjalankan jihad yang berat, juga rela menyerahkan diri dan hartanya pada beliau. (Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury di dalam Sirah Nabawiyah)

Suatu kali ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau menyebut-nyebut Khadijah, “Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita lain selain Khadijah?!” Maka beliau berkata kepada ‘Aisyah, “Khadijah itu begini dan begini.” (HR. Bukhari)

Dalam riwayat Ahmad pada Musnad-nya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “begini dan begini” adalah sabda beliau, “Ia beriman kepadaku ketika semua orang kufur, ia membenarkan aku ketika semua orang mendustakanku, ia melapangkan aku dengan hartanya ketika semua orang mengharamkan (menghalangi) aku dan Allah memberiku rezeki berupa anak darinya.” (Mazin bin Abdul Karim Al Farih dalam kitabnya Al Usratu bilaa Masyaakil)

Karenanya saudariku muslimah, jika engkau ingin hidup dalam hati suamimu maka sertailah dia dalam mencintai dan menegakkan agama Allah, sertailah dia dalam suka dan dukanya. Jadilah engkau seperti Khadijah hingga engkau kelak mendapatkan apa yang ia dapatkan. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Jibril mendatangi nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, inilah Khadijah yang datang sambil membawa bejana yang di dalamnya ada lauk atau makanan atau minuman. Jika dia datang, sampaikan salam kepadanya dari Rabb-nya, dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah rumah di surga, yang di dalamnya tidak ada suara hiruk pikuk dan keletihan.”

Saudariku muslimah, maukah engkau menjadi Khadijah yang berikutnya?

Maraji:

1. Rumah Tangga tanpa Problema (terjemahan dari Al Usratu bilaa Masyaakil) karya Mazin bin Abdul Karim Al Farih
2. Sirah Nabawiyah (terj) karya Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury
3. Al Quran dan Terjemahnya

DI BALIK MERDUNYA NYANYIAN DAN INDAHNYA LUKISAN

Prinsip-Prinsip Dasar Mujahidah


DI BALIK MERDUNYA NYANYIAN DAN INDAHNYA LUKISAN


Penulis: Ummu Asma’

Siapa yang suka menyanyi atau menggambar? Atau siapa yang suka mendengarkan musik? Mungkin ada banyak orang akan menjawab “Saya!” Ketiga kegiatan tersebut menurut sebagian besar orang bagaikan garam dalam masakan. Banyak orang mengatakan dengan mendengarkan musik atau menggambar akan menjadikan hati yang sedih menjadi terhibur. Namun maukah kalian, wahai saudariku, melihat apa yang Allah Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perbuat terhadapnya? Jika memang kita mengaku sebagai hamba Allah serta pengikut Rasulullah yang setia, hendaknya kita memperhatikan masalah ini dengan sungguh-sungguh.


Dibalik Merdunya Nyanyian dan Musik

Mungkin ada di antara kita yang pernah mendengar bahwa Islam melarang adanya musik dan gambar. Padahal telah kita ketahui bahwa sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya pasti memiliki banyak keburukan bagi manusia.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan di antara manusia ada yang mempergunakan perkataan (suara) yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan.” (QS. Luqman: 6)

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata tentang ayat ini, “Al-Lahwu (suara) di sini adalah lagu (ghina‘).” Pendapat yang sama juga dikeluarkan oleh Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Sa’id bin Zubair, Qatadah dan Ibrahim rahimakumullah yang menyatakan bahwa yang dimaksud al-lahwu adalah lagu. Hasan Al-Basri berkata bahwa ayat tersebut turun untuk menjelaskan tentang nyanyian dan seruling.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Nanti pasti ada beberapa kelompok dari umatku yang menganggap bahwa zina, sutra, arak dan musik hukumnya halal, (padahal itu semua hukumnya haram).” (HR. Imam Bukhari dan Abu Dawud)

Saudariku, sebenarnya mengapa Allah dan Rasul-Nya membenci musik dan nyanyian? Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyebutkan beberapa di antara bahayanya:

* Musik bagi jiwa seperti arak karena banyak orang yang melakukan berbagai kekejian seperti zina dan penganiayaan dikarenakan mabuknya musik dan penyanyi yang membawakannya. Al-Fadhil bin ‘Iyadh berkata, “Nyanyian adalah tangga menuju zina.”
* Musik dapat menyebabkan pecandunya lebih mencintai penyanyi atau pemain musik lebih daripada cintanya kepada Allah sehingga cintanya tersebut dapat menjatuhkannya ke dalam kesyirikan tanpa dia sadari.
* Musik melalaikan manusia dari ketaatan kepada Allah. Berapa banyak orang yang lebih menyukai musik daripada mendengarkan Al-Qur’an? Berapa banyak orang yang melalaikan sholat karena hatinya tertambat pada lagu atau musik? Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, “Tidak seorang pun yang mendengarkan nyanyian kecuali hatinya munafik yang ia sendiri tidak merasa. Andaikata ia mengerti hakikat kemunafikan pasti ia akan melihat kemunafikan itu di dalam hatinya, sebab tidak mungkin berkumpul di dalam hati seseorang antara ” cinta nyanyian” dan “cinta Al-Qur’an”, kecuali yang satu mengusir yang lain.” Juga perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, “Nyanyian menimbulkan kemunafikan dalam hati seperti air menumbuhkan sayuran, sedang dzikir menumbuhkan iman dalam hati seperti air menumbuhkan tanaman.” Serta Imam Ahmad rahimahullah, “Nyanyian itu dapat menumbuhkan kemunafikan di dalam hati.” Kemudian ketika ditanya tentang syair-syair Arab yang dinyanyikan, beliau berkata, “Aku tidak menyukainya, ia adalah amalan baru, tidak boleh duduk bersama untuk mendengarkannya.”

Jumhur ulama berpendapat bahwa musik dan nyanyian adalah sesuatu yang terlarang, seperti Imam Abu Hanifah dan Imam Asy-Syafi’i yang berpendapat bahwa nyanyian itu tidak disukai (baca = haram) karena menyerupai kebatilan, adapun mendengarkan lagu adalah termasuk dosa.

Nyanyian yang Diperbolehkan

Namun benarkah, dalam Islam semua bentuk nyanyian terlarang? Perlu kita ketahui bahwa ada beberapa nyanyian tanpa musik yang diperbolehkan dalam Islam, yaitu:

1. Nyanyian di hari raya yang dilakukan oleh wanita. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.

“Rasulullah masuk menemui ‘Aisyah. Di dekatnya ada dua anak perempuan yang sedang memainkan rebana. Lalu Abu Bakar membentak mereka, maka Rasulullah bersabda: biarkanlah mereka, karena setiap kaum mempunyai hari raya dan hari raya kita adalah hari ini.” (HR. Bukhari)

2. Nyanyian yang diiringi terbang (rebana) pada waktu pernikahan dengan maksud memeriahkan atau mengumumkan akad nikah dan mendorong orang untuk menikah tanpa berisi pujian akan kecantikan seseorang atau pelanggaran terhadap syari’at. Namun nyanyian ini dinyanyikan oleh wanita dan diperdengarkan di kalangan wanita pula.

Diriwayatkan dari Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz, ia berkata, “Pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke tempatku ketika saya menikah. Beliau duduk di atas kasurku dan jarak beliau dengan saya seperti jarak tempat dudukku dengan tempat dudukmu. Untuk memeriahkan pernikahan kami, beberapa orang gadis tetangga kami menabuh rebana dan menyanyikan lagu-lagu yang mengisahkan para pahlawan Perang Badar. Ketika mereka asyik bernyanyi, ada salah seorang di antara mereka yang mendendangkan, ‘Di tengah-tengah kita ada Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi besok.’ Mendengar syair seperti itu Nabi berkata kepadanya, ‘Tinggalkan ucapan seperti itu! Bernyanyilah seperti nyanyian-nyanyian sebelumnya saja!’” (HR. Bukhari)

3. Nyanyian pada waktu kerja yang mendorong untuk giat dan rajin bekerja terutama bila mengandung do’a atau nyanyian yang berisi tauhid atau cinta kepada Rasulullah yang menyebut akhlaknya atau berisi ajakan jihad, memperbaiki budi pekerti, mengajak persatuan, tolong-menolong sesama umat atau menyebut dasar-dasar Islam.

Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan rahimahullah berkata bahwa syair-syair yang diperdengarkan di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah dilantunkan dengan paduan suara semacam nyanyian-nyanyian, dan tidak pula dinamakan nasyid-nasyid Islami, namun ia hanyalah syair-syair Arab yang mencakup hukum-hukum dan tamtsil (permisalan), penunjukan sifat keperwiraan dan kedermawanan. Selain itu, para sahabat melantunkannya secara sendirian dikarenakan makna yang terdapat di dalamnya. Mereka melantunkan sebagai syair ketika bekerja yang melelahkan, seperti membangun (masjid) serta berjalan di waktu malam saat safar (jihad). Maka perbuatan mereka ini menunjukkan atas diperbolehkannya lantunan (syair) ini, dalam keadaan khusus (seperti) ini. Selain itu, mereka tidak pernah menjadikan nyanyian sebagai kebiasaan yang dilakukan terus-menerus, karena para shahabat adalah generasi yang selalu mengisi hari-harinya dengan Al-Qur’an dan tidak pernah tersibukkan dengan selain Al-Qur’an.

4. Adapun terbang (rebana) hanya boleh dimainkan pada waktu hari raya serta pernikahan dan tidak boleh dipakai ketika berdzikir seperti yang biasa dilakukan oleh kaum sufi, karena Rasulullah dan para shahabatnya tidak pernah melakukannya.

Obat Bagi Hati

Jika setiap penyakit ada obatnya, maka bagaimana cara untuk mengobati kecanduan akan musik dan nyanyian? Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah menyebutkan 3 cara menghindari nyanyian dan musik:

1. Menjauhkan diri dari mendengarkan nyanyian dan musik melalui televisi, radio, dan lain-lain, terutama lagu-lagu yang seronok.

2. Membaca Al-Qur’an, terutama surat Al-Baqarah.

“Sesungguhnya syaitan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al-Baqarah.” (HR. Muslim)

3. Mempelajari riwayat hidup Rasulullah sebagai seorang yang berakhlak mulia serta para shahabatnya.

Untuk pertama kali, mungkin masih ada yang merasa sulit untuk menghilangkan kebiasaan mendengarkan musik. Namun saudariku, kita harus yakin bahwa dalam setiap larangan-Nya selalu ada hikmah yang besar bagi kita.

Hakikat Dibalik Keindahan Lukisan, Gambar dan Patung

Hakikat diutusnya para nabi dan rasul adalah untuk mendakwahkan kepada manusia agar menyembah pada Allah semata, yaitu memurnikan aqidah dari kesyirikan. “Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (yang berseru) sembahlah Allah dan tinggalkan thaghut itu. ” (QS. An-Nahl: 36)

Pada zaman dahulu, banyak orang menjadi kafir karena menyembah patung di samping menyembah Allah ‘Azza wa Jalla sebagaimana orang-orang Quraisy yang kafir karena menyembah berhala. Awal mula penyembahan patung adalah karena sikap orang-orang pada zaman Nuh ‘alahissalam berlebihan dalam mengagungkan orang shalih. Setelah orang-orang shalih itu meninggal, mereka kemudian membuat patung orang-orang shalih tersebut yang lama-kelamaan menjadikannya sebagai sesembahan. Inilah salah satu sebab mengapa Islam melarang memajang patung maupun membuat gambar makhluk bernyawa karena hal itu dapat menjadi sarana terjadinya kesyirikan.

Banyak orang yang berkata bahwa sekarang ini sudah tidak ada orang yang menyembah patung lagi. Namun hal tersebut adalah sebuah kekeliruan besar. Berapa banyak orang-orang yang kufur (Nasrani, Hindu, Budha, dll) karena mereka lebih memilih menyembah patung yang tidak memiliki kekuasaan sedikitpun daripada menyembah Allah ‘Azza wa Jalla? Apakah patung-patung tersebut mampu melindungi pemujanya ketika mereka dalam kesusahan? Jangankan membela pemujanya, membela diri mereka saja mereka tidak akan bisa. Yang ada justru pemujanya yang melindungi mereka, karena bagaimanapun patung-patung itu adalah benda mati yang dibuat oleh manusia.

Benarkah Islam telah melarang adanya patung dan membuat gambar-gambar makhluk bernyawa? Lalu apa buktinya? Allah Ta’ala berfirman, “Dan mereka berkata, Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwad, Yaghuts, Ya’uq dan Nashr. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia).’” (QS. Nuh: 23-24)

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangiku. waktu itu tirai penutup bilik saya berupa kain tipis yang penuh dengan gambar (dalam riwayat lain disebutkan: terdapat gambar kuda-kuda bersayap.) Melihat tirai tersebut, beliau merobeknya dan wajahnya terlihat merah padam. Beliau kemudian bersabda, ‘Wahai ‘Aisyah, manusia yang disiksa dengan siksaan yang paling keras pada hari kiamat kelak adalah orang-orang yang membuat sesuatu yang menyerupai ciptaan Allah’ (Dalam riwayat lain: ‘Sesungguhnya pembuat gambar-gambar ini kelak akan disiksa dan dikatakan kepadanya, ‘Hidupkanlah apa yang telah kamu ciptakan ini!” Beliau kemudian bersabda, “Sesungguhnya rumah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar tidak akan dimasuki malaikat.”) ‘Aisyah berkata, ‘Saya kemudian memotong kain tersebut dan menjadikan sebuah bantal atau dua bantal. (Saya kemudian melihat beliau duduk di atas salah satu dari dua bantal itu meskipun bantal tersebut masih bergambar.)’” (HR. Bukhari, Muslim, Al-Baihaqi, Al-Baghawi, Ats-Tsaqafi, ‘Abdurrazaq dan Ahmad)

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta’ala mengomentari hadist tersebut dengan adanya dua petunjuk:

Pertama, haramnya menggantung gambar atau sesuatu yang mengandung gambar.

Kedua, larangan membuat gambar, baik berupa patung maupun gambar biasa. Dengan kata lain menurut mayoritas ulama, baik yang memiliki bayangan (3 dimensi) atau tidak.

Hadist di atas dikuatkan dengan hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang mengisahkan bahwa Jibril ‘alaihissalam mendatangi rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata kepada beliau, “Sesungguhnya di dalam rumah tersebut terdapat korden yang bergambar. Oleh karena itu, hendaklah kalian memotong kepala gambar-gambar tersebut, lalu jadikanlah sebagai hamparan atau bantal, lalu gunakanlah untuk bersandar, karena kami tidak mau memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah memerintahkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, “Jangan kau biarkan patung-patung itu sebelum kau jadikan tidak berbentuk dan jangan pula kau tinggal kuburan yang menggunduk tinggi sebelum kau ratakan.” (HR. Muslim)

Adapun gambar bagian-bagian tubuh kecuali muka adalah diperbolehkan menurut sebagian ulama semisal gambar tangan, kaki, dan lain-lain. Hal ini berdasarkan hadist Rasulullah, “Di dalam rumah itu terdapat tirai dari kain tipis yang bergambar patung dan di dalam rumah itu terdapat seekor anjing. Perintahkan agar gambar kepala patung yang berada di pintu rumah itu dipotong sehingga bentuknya menyerupai pohon, dan perintahkan agar tirai itu dipotong dan dijadikan dua buah bantal untuk bersandar dan perintahkan agar anjing itu dikeluarkan dari rumah.” (HR. At-Tirmidzi dalam Al-Adab 2806)

Bahaya Patung dan Gambar

Islam tidak mengharamkan sesuatu kecuali adanya bahaya yang mengancam agama, akhlak dan harta manusia. Islam melarang patung dan gambar makhluk bernyawa karena banyak mendatangkan bahaya:

1. Patung dan gambar dapat menjadi sarana kesyirikan, karena awal mula dari kesyirikan dan kekufuran adalah adanya pemujaan terhadap patung dan berhala.

2. Pada masa sekarang ini banyak dipasang gambar-gambar wanita yang terbuka auratnya di sepanjang jalan dengan ukuran sangat besar. Hal ini seakan-akan sudah dianggap sebagai sesuatu yang biasa, padahal Islam sangat memuliakan wanita. Namun justru wanita sendiri yang rela dirinya dieksploitasi dengan dalih seni dan keindahan.

3. Manusia yang paling pedih siksanya adalah pelukis dan pembuat gambar karena mereka meniru ciptaan Allah.

“Orang yang paling mendapat siksa pada hari kiamat adalah para pembuat gambar (pelukis)” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Sesungguhnya pemilik gambar ini akan diadzab dan akan dikatakan kepada mereka. Hidupkanlah apa yang telah engkau ciptakan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Membuat patung dan gambar adalah merupakan pemborosan karena biaya yang dihabiskan untuk membuat maupun membelinya kadang sampai mencapai jutaan rupiah.

5. Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar atau lukisan makhluk yang bernyawa. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah, “Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan lukisan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Gambar dan Patung yang Diperbolehkan

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu menyebutkan bahwa terdapat beberapa gambar dan patung yang diperbolehkan, yaitu:

1. Gambar dan patung selain makhluk bernyawa.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Apabila anda harus membuat gambar, gambarlah pohon atau sesuatu yang tidak ada nyawanya.” (HR.Bukhari)

2. Gambar-gambar yang dipasang di kartu pengenal seperti paspor, SIM dan lain-lain yang diperbolehkan karena keperluan darurat.

3. Foto penjahat agar mereka dapat ditangkap untuk dihukum.

4. Barang mainan anak perempuan yang dibuat dari kain seperti boneka berupa anak kecil yang dipakaikan baju dengan maksud untuk mendidik rasa kasih sayang pada anak perempuan. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Saya bermain-main dengan boneka berbentuk anak perempuan di depan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari)

5. Diperbolehkan gambar yang dipotong kepalanya sehingga tidak menggambarkan makhluk bernyawa lagi. Hal ini berdasarkan perintah malaikat Jibril ‘alaihissalam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memotong kepala gambar seperti pada hadist yang telah disebutkan sebelumnya.

Demikianlah bagaimana agama yang hanif (lurus) ini telah menggariskan yang terbaik bagi manusia. Hanya orang-orang yang beriman yang akan mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya dengan bersegera dan penuh keikhlasan. Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang bertaqwa. Allahu Ta’ala a’lam.

Maraji’:

Adab Az-Zifaf (edisi terjemah) karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Bimbingan UntukPribadi dan Masyarakat (Taujihaat Islamiyyah) karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

Al-Amru bil Ittiba’ wan Nahyu ‘anil Ibtida’ (edisi terjemah) karya Imam As-Suyuthi

Al Wala’ Wal Baro’: Kunci Sempurnanya Tauhid

Prinsip-Prinsip Dasar Mujahidah

Al Wala’ Wal Baro’: Kunci Sempurnanya Tauhid


Penyusun: Ummu ‘Abdirrahman

Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan kebahagiaan hakiki bagi orang yang mengikuti dan melaksanakan agama Islam dengan sungguh-sungguh sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan kesengsaraan dan kehinaan bagi orang yang memerangi agama Islam.

Sesungguhnya pokok agama Islam adalah kalimat tauhid Laa ilaha illallah, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Dengan mengucapkan dan mengamalkan kalimat inilah dibedakan muslim dan kafir, dipaparkan keindahan surga dan panasnya neraka.

Dan tidaklah tauhid seseorang sempurna sampai ia mencintai karena Allah dan membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah. Inilah yang disebut al wala’ wal baro’.

Mengenal Al Wala’ dan Al Baro’

Al Wala’ secara bahasa berarti dekat, sedangkan secara istilah berarti memberikan pemuliaan penghormatan dan selalu ingin bersama yang dicintainya baik lahir maupun batin. Dan al baro’ secara bahasa berarti terbebas atau lepas, sedangkan secara istilah berarti memberikan permusuhan dan menjauhkan diri.

Wahai saudariku, ketahuilah bahwa seorang muslimah yang mencintai Allah dituntut untuk membuktikan cintanya kepada Allah yaitu dengan mencintai hal yang Allah cintai dan membenci hal yang Allah benci. Hal yang dicintai Allah adalah ketaatan terhadap perintah Allah dan orang-orang yang melakukan ketaatan, sedangkan hal yang dibenci Allah adalah kemaksiatan (pelanggaran terhadap larangan Allah) dan orang-orang yang melakukan kemaksiatan dan kesyirikan.

Oleh karena itu, hendaklah engkau wala’ terhadap ketaatan dan orang-orang yang melakukan ketaatan dan baro’ terhadap maksiat dan kesyirikan dan orang-orang yang mempraktekkannya.

Siapa yang Berhak Mendapatkan Wala’ dan Baro’ ?

1. Orang yang mendapat wala’ secara mutlak, yaitu orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan kewajiban dan meninggalkan larangan di atas tauhid.
2. Orang yang mendapat wala’ dari satu segi dan mendapat baro’ dari satu segi, yaitu muslim yang bermaksiat, menyepelekan sebagian kewajiban dan melakukan sebagian yang diharamkan.
3. Orang yang mendapat baro’ secara mutlak, yaitu orang musyrik dan kafir serta muslim yang murtad, melakukan kesyirikan, meninggalkan shalat wajib dan pembatal keislaman lain.

Sebagian Tanda Al Wala’

1. Hijrah, yaitu pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan islami, dari lingkungan maksiat ke lingkungan orang-orang yang taat.
2. Wajib mencintai saudara muslim sebagaimana mencintai diri sendiri dan senang kebaikan ada pada mereka sebagaimana senang kebaikan ada pada diri sendiri serta tidak dengki dan angkuh terhadap mereka.
3. Wajib memprioritaskan bergaul dengan kaum muslimin.
4. Menunaikan hak mereka: menjenguk yang sakit, mengiring jenazah, tidak curang dalam muamalah, tidak mengambil harta dengan cara yang bathil, dsb.
5. Bergabung dengan jama’ah mereka dan senang berkumpul bersama mereka.
6. Lemah lembut dan berbuat baik terhadap kaum muslimin, mendoakan dan memintakan ampun kepada Allah bagi mereka.

Di Antara Tanda Al Baro’

1. Membenci kesyirikan dan kekufuran serta orang yang melakukannya, walau dengan menyembunyikan kebencian tersebut.
2. Tidak mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpin dan orang kepercayaan untuk menjaga rahasia dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang penting.
3. Tidak memberikan kasih sayang kepada orang kafir, tidak bergaul dan bersahabat dengan mereka.
4. Tidak meniru mereka dalam hal yang merupakan ciri dan kebiasaan mereka baik yang berkaitan dengan keduniaan (misalnya cara berpakaian, cara makan) maupun agama (misalnya merayakan hari raya mereka).
5. Tidak boleh menolong, memuji dan mendukung mereka dalam menyempitkan umat Islam.
6. Tidak memintakan ampunan kepada Allah bagi mereka dan tidak bersikap lunak terhadap mereka.
7. Tidak berhukum kepada mereka atau ridha dengan hukum mereka sementara mereka meninggalkan hukum Allah dan Rasul-Nya.

Buah Al Wala’ wal Baro’

1. Mendapatkan kecintaan Allah

“Allah berfirman, “Telah menjadi wajib kecintaanKu bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku.” (HR. Malik, Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim)

2 Mendapatkan naungan ‘Arsy Allah pada hari kiamat

“Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: ‘Mana orang-orang yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku? Hari ini Aku lindungi mereka di bawah naunganKu pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.” (Hadits Qudsi riwayat Muslim)

3. Meraih manisnya iman

‘Barangsiapa yang ingin meraih manisnya iman, hendaklah dia mencintai seseorang yang mana dia tidak mencintainya kecuali karena Allah.‘ (HR. Ahmad)

4. Masuk surga

“Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman dan tidaklah kalian beriman sehingga kalian saling mencintai.” (HR. Muslim)

5. Menyempurnakan iman

“Barangsiapa yang mencintai dan membenci, memberi dan menahan karena Allah maka telah sempurnalah imannya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Hadits Hasan)

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Al Wala’ wal Baro’

1. Seorang muslimah yang memiliki orang tua kafir hendaknya tetap berbuat baik pada orang tua. Dan tidak diperbolehkan menaati orang tua dalam meninggalkan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya.
2. Diharamkan bagi muslimah untuk menikah dengan laki-laki kafir karena agama seorang wanita mengikuti agama suaminya.

Kamis, 04 Juni 2009

SIAPA WANITA PENGHUNI NERAKA?

Prinsip-Prinsip Dasar Mujahidah

SIAPA WANITA PENGHUNI NERAKA?

Rasulullah saw bersabda :”Aku melihat kedalam Syurga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (mereka yang fakir) dan aku melihat kedalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita”( HR. Bukhari dan Muslim dari ibnu abbas r.a dan imran). Hadis ini menginformasikan kepada kita dengan jelas bahwa Syurga berpenduduk mayoritas fuqara dan neraka berpenghuni mayoritas wanita. Yang menjadi pertanyaan kita apakah yang menyebabkan wanita menjadi mayoritas penduduk neraka? Pertayaan ini serupa dengan pertanyaan shahabat. Didalam kisah gerhana matahari Rasulullah dan para shahabat melakukan shalat gerhana dengan shalat yang panjang beliau saw melihat Syurga dan neraka, ketika beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya r.a:”… dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah wanita. Shahabat bertanya :”Mengapa demikian wahai Rasulullah saw ? “beliau saw menjawab: “Karena kekufuran mereka” kemuian ditanya lagi: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab “Mereka kufur kepada suami-suami mereka, kufur tehadap kebaikan-kebaikanya kalau engkau berbuat baik kepada salah seorang diantara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata :’Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas r.a)

Didalam hadis lain, Rasulullah saw menjelaskan tentang wanita penduduk neraka, sabda Nabi saw: “… dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokan kepada mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Syurga dan tidak dapat mendapatkan wanginya Syurga pada hal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah r.a)

Dari Imran bin Husain dia berkata Nabi saw. Bersabda: “Sesungguhnya penduduk Syurga yang paling sedikit penghuninya adalah wanita.”(HR. Muslim dan Ahmad). Imam Qurtubhi mengomentari hadis diatas bahwa : “Penyebab sedikinya kaum wanita masuk Syurga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal. Mereka juga menjadi sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.”( Jahannam Ahwaluha wa Wa Ahluha hlm.29-30 dan At Tazkirah hlm.369)

Saudariku muslimah

Kita telah menyaksikan hadits dan keterangan ulama diatas dan kita dapati bebeapa item sebab yang menjerumuskan wanita kedalam neraka dan bahkan mereka mayoritas didalamnya dibawah ini adalah rincian item penyebab tersebut:

1. Kufur terhadap suami dan kebaikan-kebaikanya.
Kekufuran dengan gaya ini banyak kita dapati dimasyarakat khusunya keluarga kaum muslimin, dimana seorang istri mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya hanya karena sikap suami yang tidak cocok dengan kehendak sang istri, seperti pepatah panas setahun dihapus oleh hujan lebat sehari. Saudariku muslimah, engkau seharusnya bersyukur terhadap apa yang diberikan oleh suami tidak mengkufuri kebaikan-kebaikanya. Ingatlah hadis Rasulullah saw ”Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak meresa cukup dengannya.”(HR. Nasa’I di dalam Al Kubra dari Abdullah bin ‘Amr.) demikianlah peringatan Allah swt kepada wanita yang melakukan kekufuran terhadap suaminya dalam gaya ini. Sungguh sangat tidak pantas bagi wanita yang mengharapkan akhirat mengkufuri kebaikan plus nikmat yang diberikan suami kepadanya.
Jadikanlah istri-istri Rasulullah saw dan para shahabiyah sebagai teladan dalam segala hal terutama dalam hal mensyukuri kebaikan-kebaikan yang diberikan oleh suami jika anda mengharapkan ridha Allah di dunia dan akhirat.

2. Durhaka terhadap suami.
Kedurhakaan seorang istri kepada suaminya umunya beberapa model dan hal ini kita sering jumpai dimasyarakat kita diataranya:
· Durhaka dengan ucapan
· Durhaka dengan perbuatan
Yang termaksud kedurhakaan pada poin pertama adalah seorang istri yang membicarakan perbuatan suami yang tidak disukainya kepada keluarga atau teman tanpa sebab yang diizinkan oleh syar’i atau menuduh suaminya dengan maksud merusak kehormatan sang suami atau istri meminta thalaq atau di khulu’ (dicerai) tanpa alasan yang syar’i . sabda Nabi saw : “wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’i) maka haram baginya wangi Syurga.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
Yang termaksud kedurhakaan pada poin kedua adalah seorang istri yang keluar rumah tanpa seizing suami tanpa alasan yang syar’i, menampakan aurat kepada orang lain yang bukan muhrimnya dan perbuatan-perbuatan lain yang dilarang oleh syariat.
Sungguh merugi wanita-wanita yang melakukan kedurhakaan tersebut bagaimana tidak jalan yang mereka tempuh adalah jalan menuju neraka. Ketahuilah wahai muslimah bahwa memang jalan menuju Syurga tidak dihiasi oleh bunga-bunga seperti yang anda dambakan melainkan penuh dengan duri-duri yang tajam yang tidak mampu dilalui oleh kebanyakan wanita melainkan mereka yang diberi iman yang tegar dan kesabaran oleh Allah swt maka sungguh mereka beruntung karena didalam Syurga mereka mendapati apa yang mereka ingini.
Sedangkan jalan menuju nereka penuh dengan keindahan, syahwat dan kesenangan dunia yang setiap orang tergoda olehnya dan mau menikmatinya , tetapi ingatlah bahwa neraka yang penuh dengan kesengasaraan menanti kedatangan mereka. Orang bijak berkata bukan bahagia namanya jika kebahagiaan tersebut berakhir dengan kesengsaraan. Dan tidak sengsara namanya andai kesengsaraan tersebut berujung kebahagiaan dan kenikmatan yang kekal.

3. Tabarruj
Yang dimaksud dengan tabaruj ialah wanita yang menampakan perhiasanya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya wajib untuk ditutupi dari hal-hal yang menyalakan ”api” syahwat lelaki ( Jilbab Al Mar’atil Muslimah hlm.120).
Sebagaimana sabda Rasulullah saw diawal pembicaraan kami diatas tentang wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya telanjang karena minimnya pakaian mereka serta bahanya yang tipis sebagai mana komentar Ibnul ‘Abdil barr rahimahumullah atas hadis tersebut “Wanita-wanita yang di maksudkan Nabi saw ” yang memakai pakaian yang tipis yang membentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada dhahirnya dan telanjang pada hakikatnya… “(Dinukil oleh Suyuthi di dalam Tanwirul Hawalik).”

Mereka adalah wanita-wanita yang gemar memamerkan perhiasan mereka padahal Pencipta mereka tidak mengizinkan demikian itu sebagai mana firmanya “Dan janganlah mereka menampakan perhiasan-perhiasan-perhia
san mereka”(An Nur :31).
Imam Adz Dzahabi di dalam kitab Al Kabir 131 menyatakan bahwa ”penyebab mereka dilaknat ialah menampakan hiasan emas dan permata yang ada di dalam niqab(tutup muka/kerudung), memakai minyak wangi dengan misik atau yang semisalnya ketika keluar rumah…”

Dengan perbuatan menarik tapi tercela seperti diatas mereka secara tidak langsung telah membuka lebar-lebar jalan menuju neraka bagi pria, karena setiap pria tertarik kepada perhiasan wanita yang indah, iman yang kuat menjadi luluh karenanya apalagi mereka yang lemah imanya akan mudah jatuh kedalam jurang perbuatan zina yang hina dan perbuatan ini merupakan salah satu jalan menuju neraka, Rasulullah saw menyatakan bahwa fitnah paling besar yang paling di khawatirkan atas kaum pria adalah fitnah wanita.

Tokoh-tokoh lengendaris dunia yang tidak beriman kepada Allah swt berjatuhan sebab bujuk rayu wanita, persahabatan terputus karena wanita dan masih banyak peristiwa buruk lainya yang lahir karena wanita, maka pantaslah wanita model mereka tidak mendapatkan wangi Syurga. Juga tidak mengherankan kalau sering kita dengar tindakan pelecehan terhadap wanita karena memang mereka mendukung terjadinya tindakan-tindakan pelecehan tersebut dengan menampakan perhiasan-perhiasan mereka.
Wahai wanita muslimah …

Jauhilah perbuatan tabarruj karena hal ini akan membawa anda kepada kerugian yang besar didunia dan diakhirat kelak sebagai mana sabda Nabi diatas selamtkanlah diri anda dengan takwa kepada Allah swt yaitu melaksanakan perintah-perintah-Nya sebagaimana firmanya “Dan tinggallah kalian dirumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj dengan tabarrujnya orang-orang jahiliyyah pertama (Al Ahzab ayat:33)

Rasulullah saw pernah memberikan tuntunan kepada para wanita berupa amalan yang dapat menyelamatkan mereka dari azab neraka yang dahsyat ketika beliau selesai khutbah hari raya. amalan tersebut berupa takwa kepada Allah dan dan taat kepada-Nya. Beliau bangkit dan mendatangi para wanita beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian beliau bersabda “Bershadaqahlah kalian karena kebanyakan kalian adalah kayu bakarnya Jahannam!” kemudian berdirilah seorang wanita yang duduk diantara meraka yang berubah kehitaman kedua pipinya iapun bertanya “Mengapa demikian wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “karena kalian banyak mengeluh dan kalian kufur terhadap suami.”(HR. Bukhari). Wahai muslimah… laksanakanlah perintah Allah swt dan Rasul-Nya seperti yang kami sebutkan diatas agar diri kalian tidak sampai terkena apalagi terjerumus kedalam ancaman-ancaman Allah dan Rasul-Nya diatas karena hanya dengan melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya diri kalian akan selamat dari api neraka.

Masih banyak item-item sebab lain yang menuntun wanita menjadi mayoritas penghuni neraka. Namun kami cukupkan tiga item sebab ini saja karena memang tiga gaya inilah yang merajalela dimasyarakat kita. Akhinya semoga Allah swt menghindarkan kita semua dari adzabya. Amin. Wallahu A’lam bisha Shawwab.

Dikutip dari tulisan Muhammad Faizal Ibnu Jamil.

Semoga bermanfaat.

Saudariku muslimah
Mungkin ada diantara kaum muslimah yang tidak suka dengan tema ini karena terkesan keras, kejam kepada muslimah namun kami merasa berkewajiban untuk mengingatkan hal ini kepada anda sekalian dan ketahuilah bahwa kerasnya tema ini tidak sekeras jilatan api neraka yang sesungguhnya yang Allah swt sediakan untuk tempat beristirahatnya kaum musyrikin dan pelaku dosa yang telah dilarang oleh Allah swt untuk dikerjakan.
Saudariku muslimah, muslim yang mengerti kondisi surga dan neraka dipastikan ingin dan berharap menjadi penduduk Surga dan selamat dari neraka, hal ini adalah fitra. ketahuilah wahai saudara dan saudariku bahwa penduduk neraka penghuninya mayoritas adalah wanita. dan tentunya mereka bukan sembarang wanita.
Sebelum kita mengenal wanita-wanita penghuni neraka, kami mengajak saudara dan saudariku untuk memperhatikan peringatan-peringatan Allah swt didalam kitab-Nya yang suci mengenai neraka dan azab yang menghiasi didalamnya serta perintah menjaga diri dari padanya dan ketahuilah bahwa peringatan-peringatan ini merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada kita sekalian. Allah swt berfirman :“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(At-Tahrim:ayat:6)
Berkaitan dengan ayat diatas Imam Atha Thabari rahimahumullah menyatakan bahwa “ajarkanlah kepada keluargamu amalan ketaatan yang dapat menjaga diri mereka dari neraka”. Ayat ini dikomentari pula oleh Ibnu Abbas ra. “beramallah kalian dengan ketaatan kepada Allah , takutlah untuk bermaksiat kepada-Nya dan perintahkanlah keluarga kalian untuk berzikir, niscaya Allah swt menyelamatkan kalian dari api neraka ”
Tentunya masih banyak tafsir para shahabat dan ulama lainnya mengenai ayat ini namun intinya adalah anjuran kepada segenap kaum muslimin untuk menjaga diri dan keluarga dari neraka dengan mengerjakan amalan shalih dan menjauhi maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ayat yang serupa dengan ayat diatas terdapat dalam surat (Al Baqarah ayat:24) ”Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
Ketahuilah wahai kaum muslimin dan muslimah bahwa yang bernama neraka memang mengerikan dan dahsyat hal ini dinyatakan oleh Rasulullah saw didalam hadis yang shahih dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Nabi bersabda :”Api kalian yang dinyalakan oleh anak cucu Adam ini hanya satu bagian dari 70 bagian neraka jahanam ” (Shahihul Jami), api dunia yang satu bagian dari api neraka jika mengenai tubuh dapat menghancurkannya, maka bagaimana dengan api neraka yang panasnya 69 kali lipat atas panas api dunia mengenai tubuh apalagi kekal didalamnya? Sungguh sangat mengerikan oleh karena itu kita berdoa kepada Allah swt Semoga menyelamatkan kita sekalian dari neraka. Amin.

Siapakah Wanita Yang Pertama Masuk Surga?

Prinsip-Prinsip Dasar Mujahidah

Siapakah Wanita Yang Pertama Masuk Surga?


Pernahkah terbersit dalam pikiran anda untuk bertanya “Siapa sih wanita yang pertama masuk surga di akhirat kelak?”.
Sebuah pertanyaan iseng yang kalo dipikir-pikir sih ternyata membuat kita penasaran juga ya.
Jika anda penasaran (seperti juga aku ketika itu), maka anda sama penasarannya dengan Siti Fatimah, putri Rasulullah Saw. Ia berniat menanyakan hal ini kepada ayahandanya.

Lalu, apakah anda menduga bahwa wanita yang pertama masuk surga itu adalah Siti Fatimah? Atau ibunda beliau Siti Khadijah, atau Siti Aisyah ataukah salah satu dari keluarga Rasulullah Saw lainnya? Mmm. Jika iya, jawaban anda ternyata salah. Inilah hebatnya Islam, tidak mengenal istilah ‘nepotisme’ (hehehe). Dalam sebuah ceramah agama, akhirnya aku tahu, ternyata wanita yang diperkenankan masuk surga pertama kali adalah seorang wanita yang bernama Muti’ah. Anda kaget? Sama seperti Siti Fatimah ketika itu, yang mengira dirinyalah yang pertama kali masuk surga.

Siapakah Muti’ah? Karena rasa penasaran yang tinggi, Siti Fatimah pun mencari seorang wanita yang bernama Muti’ah ketika itu. Beliau juga ingin tahu, amal apakah yang bisa membuat wanita itu bisa masuk surga pertama kali? Mmm, pencarian pun dimulai, sodare-sodare…

Setelah bertanya-tanya, akhirnya Siti Fatimah mengetahui rumah seorang wanita yang bernama Muti’ah tersebut. Kali ini ia ingin bersilaturahmi ke rumah wanita tersebut, ingin melihat lebih dekat kehidupannya. Waktu itu, Siti Fatimah berkunjung bersama dengan anaknya yang masih kecil, Hasan. Setelah mengetuk pintu, terjadilah dialog.

“Di luar, siapa?” kata Muti’ah tidak membukakan pintu.

“Saya Fatimah, putri Rasulullah”

“Oh, iya. Ada keperluan apa?”

“Saya hanya berkunjung saja”

“Anda seorang diri atau bersama dengan lainnya?”

“Saya bersama dengan anak saya, Hasan?”

“Maaf, Fatimah. Saya belum mendapatkan izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki”

“Tetapi Hasan masih anak-anak”

“Walaupun anak-anak, dia lelaki juga kan? Maaf ya. Kembalilah besok, saya akan meminta izin dulu kepada suami saya”

“Baiklah” kata Fatimah dengan nada kecewa. Setelah mengucapkan salam, ia pun pergi.

Keesokan harinya, Siti Fatimah kembali berkunjung ke rumah Muti’ah. Selain mengajak Hasan, ternyata Husein (saudara kembar Hasan) merengek meminta ikut juga. Akhirnya mereka bertiga pun berkunjung juga ke rumah Muti’ah. Terjadilah dialog seperti hari kemarin.

“Suami saya sudah memberi izin bagi Hasan”

“Tetapi maaf, Muti’ah. Husein ternyata merengek meminta ikut. Jadi saya ajak juga!”

“Dia perempuan?”

“Bukan, dia lelaki”

“Wah, saya belum memintakan izin bagi Husein.”

“Tetapi dia juga masih anak-anak”

“Walaupun anak-anak, dia juga lelaki. Maaf ya. Kembalilah esok!”

“Baiklah” Kembali Siti Fatimah kecewa. Namun rasa penasarannya demikian besar untuk mengetahui, rahasia apakah yang menyebabkan wanita yang akan dikunjunginya tersebut diperkanankan masuk surga pertama kali.

Akhirnya hari esok pun tiba. Siti Fatimah dan kedua putranya kembali mengunjungi kediaman Mutiah. Karena semuanya telah diberi izin oleh suaminya, akhirnya mereka pun diperkenankan berkunjung ke rumahnya. Betapa senangnya Siti Fatimah karena inilah kesempatan bagi dirinya untuk menguak misteri wanita tersebut.

untitled-3-copyMenurut Siti Fatimah, wanita yang bernama Muti’ah sama juga seperti dirinya dan umumnya wanita. Ia melakukan shalat dan lainnya. Hampir tidak ada yang istimewa. Namun, Siti Fatimah masih penasaran juga. Hingga akhirnya ketika telah lama waktu berbincang, “rahasia” wanita itu tidak terkuak juga. Akhirnya, Muti’ah pun memberanikan diri untuk memohon izin karena ada keperluan yang harus dilakukannya.

“Maaf Fatimah, saya harus ke ladang!”

“Ada keperluan apa?”

“Saya harus mengantarkan makanan ini kepada suami saya”

“Oh, begitu”

Tidak ada yang salah dengan makanan yang dibawa Muti’ah yang disebut-sebut sebagai makanan untuk suaminya. Namun yang tidak habis pikir, ternyata Muti’ah juga membawa sebuah cambuk.

“Untuk apa cambuk ini, Muti’ah?” kata Fatimah penasaran.

“Oh, ini. Ini adalah kebiasaanku semenjak dulu”

Fatimah benar-benar penasaran. “Ceritakanlah padaku!”

“Begini, setiap hari suamiku pergi ke ladang untuk bercocok tanam. Setiap hari pula aku mengantarkan makanan untuknya. Namun disertai sebuah cambuk. Aku menanyakan apakah makanan yang aku buat ini enak atau tidak, apakah suaminya seneng atau tidak. Jika ada yang tidak enak, maka aku ikhlaskan diriku agar suamiku mengambil cambuk tersebut kemudian mencambukku. Ini aku lakukan agar suamiku ridlo dengan diriku. Dan tentu saja melihat tingkah lakuku ini, suamiku begitu tersentuh hatinya. Ia pun ridlo atas diriku. Dan aku pun ridlo atas dirinya”

“Masya Allah, hanya demi menyenangkan suami, engkau rela melakukan hal ini, Muti’ah?”

“Saya hanya memerlukan keridloannya. Karena istri yang baik adalah istri yang patuh pada suami yang baik dan sang suami ridlo kepada istrinya”

“Ya… ternyata inilah rahasia itu”

“Rahasia apa ya Fatimah?” Mutiah juga penasaran.

“Rasulullah Saw mengatakan bahwa dirimu adalah wanita yang diperkenankan masuk surga pertama kali. Ternyata semua gara-gara baktimu yang tinggi kepada seorang suami yang sholeh.”

“Masya Allah… Subhanallah…”

Rabu, 03 Juni 2009

SHOHIBATUS SYAKKAL Si-Pemilik Ikalan Rambut Tali Kekang Kuda ( Tauladan Ibu Sholihah )

SHOHIBATUS SYAKKAL
Si-Pemilik Ikalan Rambut Tali Kekang Kuda
( Tauladan Ibu Sholihah )

Di kota Rosulullah shollallhu ‘alaihi wasallam (Madinah Munawwaroh) hiduplah seorang lelaki yang bernama “ ABU QUDAMAH AS SYAAMI “. Allah telah memberikan rasa cinta mendalam kepadanya terhadap Jihad fie sabilillah dan berperang di negeri Romawi.
Suatu hari beliau sedang duduk-duduk sambil bercengkrama di Masjid Rosulullah shollallhu ‘alaihi wasallam (Masjid Nabawi) bersama teman-temannya. Teman-temannya berkata kepada beliau : “ Ceritakanlah kepada kami kejadian yang paling mengagumkan yang pernah engkau lihat di medan jihad ! “. Abu Qudamah berkata : “ Baiklah ”.
Aku pernah masuk kota RIQQOH untuk membeli onta yang akan saya gunakan membawa senjata.
Suatu hari ketika aku sedang duduk-duduk datanglah kepadaku seorang perempuan, lalu ia berkata kepadaku : “ Wahai Abu Qudamah ! Aku telah mendengar tentang dirimu bahwa kamu suka bercerita tentang jihad dan senang menghasung (orang) untuk berjihad. Aku telah diberi Allah rambut yang tidak dimiliki oleh wanita selainku. Rambut itu telah aku anyam dan ikal menjadi tali kekang kuda dan aku lumuri ikalan itu dengan debu biar tidak tampak oleh orang (kalau itu ikalan rambut) dan aku sangat senang kalau kamu mau mengambilnya. Maka jika engkau telah sampai di negeri orang kafir dan para pahlawan dan pemanah telah melepaskan anak panahnya, pedang telah dihunus dan tombak telah disiapkan maka Jika kamu membutuhkannya maka ambillah, jika tidak maka berikanlah ini kepada orang lain yang membutuhkannya agar rambutku bisa ikut serta dan terkena debu fie sabilillah. Aku adalah seorang janda. Suamiku dan kerabatku telah terbunuh fie sabilillah (peperangan), seandainya jihad diwajibkan atasku sungguh aku berangkat berjihad dan ikalan rambut ini aku bawa sendiri.
Wanita itu berkata : “ Perlu kamu ketahui wahai Abu Qudamah ! Bahwa ketika suamiku syahid, beliau meninggalkan anak, anak itu termasuk remaja yang baik, ia telah mempelajari Al Qur’an, lihai mengendarai kuda, lihai memanah, ia selalu Qiyamullail di malam hari dan shoum disiang hari sementara umurnya baru 15 tahun. Ia tidak tahu ketika ditinggal syahid ayahnya, semoga ia mendatangimu sebelum engkau berangkat (ke medan perang). Aku persembahkan (anakku) bersamamu sebagai hadiah kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Dan aku minta kepadamu dengan kemuliaan Islam, janganlah engkau tolak usahaku untuk mendapatkan pahala”.
(Kata Abu Qudamah) : “ Maka ikalan rambut itu aku ambil darinya”. Wanita itu berkata : “ Pasangkan (ikalan rambutku itu) pada kendaraanmu biar aku dapat melihatnya dan hatiku menjadi tenang ”. Maka ikalan rambut itu aku pasangkan pada kendaraanku dan aku keluar dari ARRIQQOH. Aku keluar bersama teman-temanku.
Ketika kami telah sampai di samping benteng Maslamah bin Abdul Malik ( di Paris), tiba-tiba dari belakang ada yang menyeruku : “ Wahai Abu Qudamah ! Berhentilah sebentar untukku – semoga Allah merahmatimu – “. Maka akupun berhenti dan aku katakan kepada teman-temanku : “ Majulah kalian agar aku dapat melihat (orang yang menyeruku). Tiba-tiba ada seorang yang menunggang kuda berada di dekatku “. (Orang yang menyeru tadi) berkata : “ Segala puji bagi Allah yang tidak menghalangiku untuk bergabung denganmu (dan semoga engkau) tidak menolakku (untuk bergabung)”. Aku (Abu Qudamah) berkata kepada anak itu : “ Tengadahkanlah mukamu kepadaku, jika engkau sesuai maka aku ikutkan berangkat berperang, jika tidak sesuai maka aku tolak engkau untuk ikut serta. Maka iapun menengadahkan mukanya, ternyata ia adalah anak yang baik, seakan-akan wajahnya seperti rembulan pada malam Badar dan terpancar dari mukanya pengaruh kenikmatan (bekas sujud).
Aku katakan kepada anak itu : “ Apakah kamu masih mempunyai ayah ? Tidak (jawab anak itu). Aku ingin keluar bersamamu untuk mencari jejak ayahku, karena beliau telah syahid. Semoga Allah menganugerahkan kepadaku syahadah (mati syahid) sebagaimana yang dianugerahkan kepada ayahku ”. Aku tanyakan lagi kepada anak itu : “ Apakah kamu masih mempunyai ummi (ibu) ? Anak itu menjawab : “ Ya “. Aku katakan kepadanya : “ Kembalilah kepada ummimu, (mintalah izin kepadanya), jika ia mengizinkanmu (maka aku akan menyertakan kamu pada perang ini), dan jika ia tidak mengizinkanmu maka dampingilah ibumu, karena ketaatanmu padanya lebih utama dari pada jihad (ketika fardhu Kifayah), karena Jannah itu berada di bawah kilatan pedang dan Jannah juga berada di bawah telapak kaki ibu”. Anak itu berkata : “ Wahai Abu Qudamah ! Tidakkah kamu mengenalku ? “ Aku jawab : “ Tidak “. Anak itu berkata : “ Aku adalah putra seorang wanita yang telah menitipkan (sesuatu kepadamu). Bukannya aku tergesa-gesa, aku tidak akan melupakan wasiat ummiku si pemilik ikalan rambut itu. Dan aku insya Allah Syahid ibnu Syahid, aku minta kepadamu karena Allah (untuk mengikut sertakan aku dalam jihad ini). Jangan kau larang aku untuk ikut sarta berperang (jihad) bersamamu fie sabilillah. Aku telah hafal Al Qur’an, mengerti sunnah Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, aku ahli menunggang kuda, aku ahli memanah, dan tidak ada remaja sebayaku yang lebih lihai dalam mengendarai kuda dariku, maka janganlah kamu meremehkanku karena aku masih kecil. Karena ibuku telah bersumpah agar aku tidak kembali pulang. Ibuku berkata kepadaku : “ Jikalau kamu bertemu dengan musuh maka janganlah kamu mundur, berikanlah dirimu untuk Allah dan mintalah untuk didekatkan dengan Allah dan didekatkan dengan ayahmu dan didekatkan dengan teman-temanmu yang sholih di dalam Jannah. Jikalau kamu telah diberi syahadah (mati syahid) maka berilah aku syafaat karena syafaatmu akan sampai kepadaku. Dan sesungguhnya orang yang mati syahid itu dapat memberi syafaat 70 keluarganya dan 70 tetangganya “. Kemudian aku didekap oleh ibuku dan ia tengadahkan mukanya ke langit sambil berkata : “ Ya Ilahy, Tuanku, Pelindungku ! Ini adalah anakku, buah hatiku, penyejuk kalbuku, ia telah aku persembahkan untukmu, maka dekatkanlah ia dengan ayahnya”.
(Abu Qudamah berkata) ketika aku mendengar perkataan anak itu aku menangis dengan tangisan keras karena melihat kebaikannya, masa remajanya yang baik, dan karena melihat kasih sayang hati ibunya dan kagum akan kesabaran ibunya.
Anak itu berkata : “ Wahai paman ! Mengapa engkau menangis ? Jika yang menyebabkan paman menangis itu karena aku masih kecil, maka sesungguhnya Allah akan mengadzab anak yang lebih kecil dariku jika ia durhaka”. Aku (Abu Qudamah) berkata : “ Aku menangis bukanlah karena melihatmu masih kecil, akan tetapi aku menangis karena (melihat) hati ibumu (yang mulia) dan bagaimana (perasaannya) setelah kamu pergi (syahid) nanti”. (Akhirnya) kamipun melanjutkan perjalanan sampai malam hari.
Ketika dipagi harinya, kami berjalan kembali dan (kami melihat) anak itu tidak henti-hentinya dari dzikir kepada Allah. Aku amati dia ternyata dia lebih hebat dalam mengendarai kuda dari kami dan jika kami berhenti maka ia selalu melayani kami. Ketika dalam perjalanan ia selalu menguatkan azamnya dan meningkatkan semangatnya dan selalu membersihkan niatnya dan selalu menampakkan tanda senang (tidak manja kepada kami). Kami tidak berhenti sampai kami sampai negri orang-orang musyrik pada waktu tenggelamnya matahari, maka kami semua turun dan anak itu langsung memasakkan makanan untuk kami buat buka puasa karena kami semua shiyam.
(Setelah membereskan pekerjaannya) ia merasakan kantuk yang sangat, akhirnya dia tidur lama sekali. Ditengah-tengah tidurnya aku melihat ia sedang tertawa simpul (tertawa terseyum). Lalu aku berkata kepada teman-teman : “ Apakah kalian tidak melihatnya terseyum dalam tidurnya ? ”. Maka ketika ia bangun aku tanyakan kepadanya : “ Wahai anakku ! Aku tadi melihatmu tersenyum ketika kamu sedang tidur ”. Anak itu berkata : “ Aku tadi mimpi dan melihat sesuatu yang mengherankanku sehingga aku tertawa simpul (senyum) “. Aku bertanya kepadanya : “ Apa itu ? “. Anak itu menerangkan : “ Aku merasakan berada di sebuah taman hijau yang indah, ketika aku sedang berjalan aku melihat istana yang terbuat dari perak dan atapnya dari intan dan permata, pintu-pintunya terbuat dari emas dan para bidadari menyibakkan satir dan aku dapat melihat wajahnya bagaikan rembulan. Ketika bidadari itu melihatku mereka berkata : “ Marhaban (selamat datang), maka aku pun ingin memegang tangan salah satu diantara mereka. Mereka berkata kepadaku : “ Jangan tergesa-gesa aku bukanlah untukmu. Aku mendengar sebagian mereka berkata kepada yang lainnya : “ Ini adalah suami Al Mardhiyyah “. Mereka berkata : “ Majulah – Semoga Allah merahmatimu - ! ”. Maka akupun maju ke depan, maka ketika itu aku melihat Istana yang diatasnya ada sebuah kamar yang terbuat dari emas yang berwarna merah, di dalamnya terdapat dipan dari permadani hijau, tiangnya dari perak di atasnya ada seorang bidadari yang mukanya seperti matahari. Jikalau Allah tidak meneguhkan penglihatanku sunguh aku akan buta dan hilanglah akalku (Gila) karena melihat indahnya kamar dan cantiknya wajah bidadari itu. Ketika bidadari itu melihatku ia berkata : “ Marhaban, ahlan wa sahlan (selamat datang) wahai kekasih Allah, engkau adalah untukku (calon suamiku) dan aku adalah untukmu (calon istrimu), maka pada saat itu aku ingin memeluknya ke dadaku. Ia berkata : “ Sebentar lagi, jangan tergesa-gesa (wahai kekasihku), sesungguhnya engkau sangatlah jauh dengan kehinaan, sesungguhnya waktu yang dijanjikan (bertemu) antara aku dan kamu adalah besok setelah sholat dhuhur, maka bergembiralah “. Abu Qudamah berkata : “ Aku katakan pada anak itu : “ Sungguh kamu bermimpi baik dan kebaikan itu akan terjadi “. Maka sepanjang malam kamipun terkagum-kagum dengan mimpi anak itu.
Ketika pagi hari tiba kami bergegas memacu kuda kami. Maka ada seorang penyeru yang memanggil kami : “ Wahai Kuda Allah melajulah dan dengan Jannah bergembiralah ! Berangkatlah berperang baik dengan perasaan ringan maupun berat dan berjihadlah ! “. Maka dalam waktu sekejap saja ternyata tentara kafir – semoga Allah menghinakannya - telah menghadang kami dan menyebar seperti belalang yang bertebaran. Maka orang yang pertama kali menyerang musuh dari kami adalah anak itu. Ia yang membelah pasukan kafir dan memporak-porandakan barisan mereka dan menceburkan diri ke tengah-tengah pasukan kafir. Iapun telah membunuh banyak tentara musuh dan membunuh pula pahlawan-pahlawannya. Ketika aku melihatnya dalam keadaan seperti itu aku tarik tali kekang kudanya dan aku katakan kepadanya : “ Wahai anakku ! Mundurlah, karena kamu masih kecil dan tidak mengerti tipu daya perang !”. Ia menjawab : “ Wahai pamanku ! Apakah kamu belum pernah mendengar firman Allah (yang artinya) : “ Wahai orang-orang yang beriman ! jikalau kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka janganlah kamu lari ke belakang “. (QS. Al-Anfal : 15) Apakah kamu ingin aku masuk ke dalam neraka ?. Disela-sela anak itu berbicara kepadaku tiba-tiba orang-orang musyrik menyerang kami dengan serempak. Mereka bergerak diantara aku dan anak itu mereka menghalangiku dari anak itu, sementara para (mujahidin) telah sibuk dengan diri masing-masing. (Dalam peperangan) terbunuhlah banyak dari kaum muslimin. Maka ketika semuanya telah berpisah (antara musuh dan mujahidin), ternyata yang terbunuh sangat banyak dan tidak dapat terhitung. Maka aku berjalan meneliti dengan menunggang kudaku, sementara darah mengalir membasahi bumi . Muka (para syuhada) tidak dapat dikenali dikarenakan banyaknya debu yang menempel dan darah yang mengalir (melumuri tubuh mereka). Disela-sela aku berjalan diantara yang terbunuh, ketika itu aku (melihat) anak tersebut berada di bawah tapal kuda yang telah tertumpuki debu dan dia sedang berlumuran darah. Dia berkata : “ Wahai kaum muslimin ! Demi Allah datangkanlah kepadaku paman Abu Qudamah”. Maka aku hampiri dia. Ketika aku mendengar rintihannya aku tidak dapat mengenali wajahnya dikarenakan berlumuran darah dan penuh dengan debu dan terinjak-injak oleh binatang. Aku katakan kepadanya : “ Aku adalah Abu Qudamah “. Ia berkata : “ Wahai paman ! Sungguh benarlah mimpiku, demi Rob Pemilik Ka’bah aku adalah anak pemilik ikalan rambut itu”. Ketika (kejadian itu) aku sangat gelisah dan aku ciumi dia diantara kedua matanya dan aku usap debu dan darah yang menempel di (mukanya) yang tampan. Aku katakan kepadanya : “ Wahai anakku ! Jangan kau lupakan pamanmu Abu Qudamah dalam syafaatmu di Jannah kelak “. Dia menjawab : “ Orang sepertimu tak mungkin akan dapat terlupakan. Janganlah kau usap wajahku dengan pakaianmu, sungguh pakaianku lebih berhak untuk mengusap dari pakaianmu. Biarlah engkau usap dengan pakaianku biar dia berjumpa dengan Allah Ta’ala (dengan debu dan darahku). Wahai pamanku ! Sesunguhnya para bidadari yang telah aku ceritakan kepadamu telah berdiri di atas kepalaku menunggu (keluarnya) ruhku. Dia (bidadari) mengatakan kepadaku : “ Segeralah keluar karena aku sudah sangat rindu ingin berjumpa denganmu”. Wahai pamanku ! Jikalau engkau dapat kembali dengan selamat maka bawalah pakaianku yang bersimbah darah kepada ibuku yang sedang dirundung duka dan kesedihan dan sampaikan salamku kepadanya agar dia tahu bahwa aku tidak menyia-nyiakan wasiatnya dan aku tidak menjadi pengecut ketika bertemu orang-orang musyrik dan sampaikanlah salamku kepadanya. Katakanlah kepadanya bahwa hadiah yang telah ia persembahkan (untuk Allah) telah diterima-Nya. Wahai pamanku ! Aku juga mempunyai seorang adik perempuan yang umurnya baru 10 tahun, setiap aku masuk rumah ia selalu menyambutku dan menyalamiku, ketika aku keluar (pergi) ia menitipkan (pesan) kepadaku , ia berkata : “ Wahai kakakku ! Demi Allah jangan melalaikan kami “. Maka jika engkau berjumpa dengannya sampaikan salamku kepadanya dan katakan kepadanya : “ Kakakmu memesankan kepadamu : “ Allah adalah penggantiku yang menjagamu sampai hari kiamat”, kemudian ia (kakak) tersenyum sambil mengucapkan ASYHADU ANLA ILAHA ILLALLAH (Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah) tiada sekutu bagi-Nya, dan ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WAROSULULLUHU (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya). Ini adalah yang telah Allah dan Rosul-Nya janjikan kepada kita dan benarlah janji Allah dan Rosul-Nya. Lalu keluarlah ruhnya. Maka kami kafani dia dengan pakaiannya – semoga Alloh meridloinya -.
Ketika kami pulang dari peperangan dan masuk daerah Ar-Riqqoh, tiada keinginan yang paling kuat dalam benakku kecuali (mendatangi) rumah ibu anak itu. (Aku dapati) seorang perempuan yang mirip mukanya dalam kecantikan dan kebagusannya, ia sedang berdiri di depan pintu rumah, dan ia tanya setiap orang yang lewat di depannya: “ Wahai paman dari manakah engkau ? Dari berperang (jawab orang yang ditanya). Ia bertanya lagi : “ Apakah kakakku pulang bersama kalian ? “. Tidak tau (jawab orang yang ditanya). Ketika aku mendengarnya aku datangi dia dan dia bertanya kepadaku : “ Wahai paman ! Dari manakah engkau ? “. Aku jawab : “ Dari berperang “. Kemudian adik itu menangis dan berkata : “ Aku tak peduli apakah mereka pulang bersama kakakku, sungguh aku telah mendapatkan pelajaran “. Lalu aku berkata kepadanya : “ Wahai anak perempuan ! Katakanlah kepada pemilik rumah ini bahwa Abu Qudamah ada di depan pintu “. Maka keluarlah perempuan (pemilik rumah) ketika mendengar suaraku. Maka berubahlah (roman mukanya). Aku salami dia dan diapun menjawab salamku. Dia berkata : “ Apakah kedatanganmu membawa kabar gembira ataukah kabar sedih ? “. Aku bertanya : “ Terangkanlah kepadaku maksud kabar gembira dan kabar sedih – semoga Allah merahmatimu - ! “ Ia menjawab : “ Jikalau anakkku pulang bersamamu dalam keadaan selamat maka itu kabar menyedihkan bagiku, dan jikalau anakku terbunuh fie sabilillah (Syahid) berarti kamu membawa kabar gembira “. Aku katakan kepadanya : “ Bergembiralah karena hadiahmu telah diterima (Allah) “. Maka ia menangis dan berkata : “ Segala puji bagi Allah yang telah menjadikannya sebagai simpanan besok pada hari kiamat”. Aku tanyakan kepadanya : “ Apa yang dilakukan oleh adiknya itu ? “. Jawab ibu itu: “ Dialah yang telah berbincang-bincang denganmu tadi “. Maka anak itu mendekatiku, dan aku katakan kepadanya: “ Kakakmu menitipkan salam buatmu dan dia mengatakan: “ Allah adalah penggantiku yang menjagamu sampai hari kiamat ”. Maka berteriaklah anak itu dan jatuh pingsan. Lalu ibunya menggerak-gerakkannya setelah sesaat, ternyata anak itu telah meninggal. Sungguh aku sangat kagum sekali (atas kejadian itu). Kemudian aku serahkan pakaian yang dititipkan anak itu kepada ibunya. Lalu aku tinggalkan ibu itu dengan perasaan sedih atas anak (yang telah syahid) dan adiknya (yang ikut meninggal) serta atas kesabaran ibunya.

Penulis berkata : “ Al ‘Allamah Abu Mudzoffar bin Jauzy menyebutkan bahwa ketika beliau mendengar kisah ini maka beliau segera mengumpulkan rambut yang dimilikinya. Maka terbuatlah darinya 300 ikalan rambut “.

Kisah ini diambil dari situs internet :
“ WWW : ARABFORUM.NET

Selasa, 02 Juni 2009

Indahnya Bidadari Surga

Prinsip-Prinsip Dasar Mujahidah

Citra Bidadari

Ibnu Abi Dunia rahimahullah menceritakan dari Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullah . Tuturnya: “Seorang pemuda di Iraq berkhalwat untuk ibadah. Lalu ia pergi ke Mekkah dengan ditemani seorang rekannya. Setiap kali singgah di suatu tempat, ia melakukan shalat. Manakala orang-orang makan, ia malah puasa. Rekannya sabar menyertainya. Ketika akan berpisah, rekannya bertanya kepadanya: ‘Tolong beritahukan kepada aku mengapa engkau berbuat seperti yang kusaksikan?'

Pemuda itu memberi penjelasan: ‘Aku pernah mimpi melihat sebuah istana di surga yang batu batanya terbuat dari perak dan emas. Setelah seluruh sisi bangunan kulihat semuanya, lantas kudapati sebuah beranda yang terbuat dari mutiara zabarjad, dan yang satu lagi dari mutiara yaqut. Di antara keduanya terdapat seorang bidadari dengan rambut tergerai indah dan mengenakan pakaian yang lembut mengiringi kelenturan tubuhnya. Dan ia berujar: ‘Bersungguh-sungguh dalam menaati Allah jika menginginkan aku.' Wallahi , aku telah bersungguh-sungguh menginginkanmu. Sang pemuda berkata kepada rekannya: ‘Aku lakukan ini untuk meraih dia'.”

Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullah berkomentar:

“Ini dalam rangka mendapatkan satu orang bidadari, lantas bagaimana dengan orang yang ingin memperoleh lebih dari itu?”

Melalui serangkaian ayat al-Qur'an dan hadits Nabi, kita mengetahui bahwa Allah ‘Azza wa Jalla telah menyediakan bagi para hamba-Nya yang shaleh hurul‘in (bidadari) di surga yang keindahan dan kecantikan mereka dilukiskan dengan jelas, dan sifat-sifatnya yang terlembut digambarkan oleh syari‘ah yang suci. Tujuannya agar seorang Muslim menahan diri dari beragam kesenangan yang diharamkan dan terdorong untuk mendapatkan para bidadari.

Bidadari! Dialah makhluk Allah yang memiliki seluruh sifat kesempurnaan wanita idaman. Inilah salah satu nikmat yang belum dicicipi manusia. Bila kenikmatan seksual merupakan nikmat indrawi terbesar bagi manusia, maka bidadari menjadi wahana bagi seorang Mukmin untuk menikmati anugerah terbesar itu. Sebagai anugerah terbesar, tentu saja tidak sembarang orang bisa mereguknya. Tapi hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang mampu mengekang diri dari beragam kesenangan yang diharamkan, demi mematuhi Allah. Pelajaran inilah antara lain yang bisa dipetik dari narasi di atas.

Dalam rangkaian haditsnya, Rasulullah pun sangat rinci sekali dalam melukiskan sosok bidadari; ia adalah istri yang suci, wajahnya putih dan cantik jelita, sangat indah rupawan, pandangannya pendek (tidak liar), hidungnya indah dan lembut, pipinya mulus, bersih dan ranum kemerah-merahan. Nabi berujar: “Ia (penghuni surga) melihat wajahnya sendiri melalui pipi bidadari yang lebih bening daripada cermin” (HR. Baihaqi).

Agar seorang Mukmin terdorong untuk meraih kenikmatan abadi di surga, Rasulullah juga melukiskan bahwa mulut bidadari teramat manis dan seyumnya memancarkan cahaya, suaranya paling merdu, selalu berada dalam keamanan dan ketenangan, selalu dalam kesenangan, selalu rela dan cinta, senantiasa menetap dan mendampingi, dipingit (tidak kemana-mana), selalu memuji lagi menyambut, rambutnya hitam legam dengan aromanya yang harum semerbak.

Di samping itu, leher bidadari halus dan panjang, dadanya bidang dan bening, buah dadanya padat, pinggang dan perutnya indah, hatinya menjadi cermin bagi suaminya, pergelangan tangan, tapak tangan dan cincinnya sangat lembut. Bidadari adalah wanita yang disucikan, dan pada saat yang sama ia juga selalu berada dalam keperawanan, tidak membosankan suami dan selalu memuaskan. Subhanallah !

Betis bidadari begitu bening, tumitnya putih mulus, kedudukannya tinggi, berlimpah kecintaan, sebaya dan sama, benar-benar suci, dan sebelumnya tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin, luput (terbebas) dari akhlak tercela, dan diciptakan oleh Dzat Yang Maha Bijaksana secara langsung. Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (para bidadari) dengan langsung” (al-Waqi‘ah [56]: 35).

Artinya, Allah ‘Azza wa Jalla telah menyiapkannya dengan sempurna, baik bentuk/rupa, akhlak, perilaku maupun pemeliharaannya.
Demikian citra bidadari yang dilukiskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Mungkin sabda beliau tentang bidadari terkesan vulgar. Tapi ajaibnya, seluruh gambaran Nabi yang dibentangkan buku ini sama sekali tidak membangkitkan nafsu seksual yang liar, bahkan justru memancangkan hasrat yang menggebu untuk mengejar apa yang disediakan Allah itu dengan serangkaian kepatuhan. Anda tidak percaya? Silakan simak buku ini hingga tuntas. (Makmun Nawawi).

Bidadariku di Dunia dan Akhirat

Prinsip-Prinsip Dasar Mujahidah

Bidadariku di Dunia dan Akhirat

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak 186*) dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Ali Imran : 14)

186*). Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.

Siapakah yang tak suka dengan hal tersebut? Kita sangat menginginkan pasangan hidup, lalu menginginkan kehadiran sang buah hati. Tak dapat dipungkiri, ingin punya harta yang banyak. Ingin memiliki kendaraan terbaik. Banyak sekali keinginan-keinginan yang lain. Itu adalah hal yang wajar dan lumrah, dan Allah memberikan penekan tentang hal tersebut di penghujung ayat tersebut "... Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."


Kebahagian hidup di dunia menjadi bagian yang banyak diinginkan manusia, Allah pun mengingatkan.... Jangan terlena. Ada kebahagiaan yang hakiki yang harus diraih....

Ingat... itu hanya kesenangan sementara....

Jangan sampai hal tersebut ... akan menghilangkan kebahagiaan yang sesungguhnya.


Allah pun mengingatkan.....

"Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS. At Taubah : 24)

Jangan sampai Allah dikesampingkan, ada tugas pokok yang melekat dalam diri kita,

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. " (QS. Adz Dzaariyaat : 56)

Jauh-jauh hari sebelum kita lahir kita terikat dengan perjanjian kita dengan Allah

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", " (QS. Al A'raaf : 172)

Saatnya kita menata ulang niat kita, jangan sampai niat kita tersimpangkan oleh kepentingan dunia yang hanya sementara

"Amirul mukminin, Umar bin khathab radhiyallahu anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya"

Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits.

Bolehlah kita menginginkan kesenangan terhadap wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kendaraan terbaik, berbagai aktivitas bisnis.

Tapi jangan sampai lupa untuk senantiasa mengingat Allah.

Selayaknya kita harus bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kita harus bisa mendapatkan pasangan yang akan menjadi pasangan hidup selamanya di dunia dan di akhirat.


Dari Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwassalam bersabda:
“Dunia ini adalah perhiasan/kesenangan dan sebaik-baik perhiasan/kesenangan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim,Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)

Dalam lafazh lain:
“Sesungguhnya dunia ini adalah perhiasan dan tidak ada di antara perhiasan dunia yang lebih baik daripada wanita yang sholihah.” (HR. Ibnu Majah)

Dalam lafazh lain:
“Sesungguhnya dunia ini seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang sholihah.” (HR. Ahmad)


Ya kita harus bisa mendapatkan wanita yang sholihah!
Kita harus mendidik isteri kita menjadi isteri yang sholihah. Kita harus bisa menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah dan juga mau berdakwah.

Menjadi rumah tangga kita seperti yang diunggkapkan Rasulullah "Baiti Jannati'

Menjadikan isteri kita lebih dari Bidadari. dan bidadari pun cemburu kepadanya.

Al Imam Ath Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Ummu Salamah,

bahwa ia Radhiyallahu ‘Anha berkata, “Ya Rasulullah, jelaskanlah padaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli…”

Beliau menjawab. “Bidadari yang kulitnya bersih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau bak sayap burung Nasar."

Aku (Ummu Salamah) berkata lagi, “Jelaskanlah padaku Ya Rasulullah, tentang firmanNya: Laksana mutiara yang tersimpan baik (Al Waqi’aj 23) ..!”

Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tak pernah tersentuh tangan manusia…”

Aku bertanya, “Ya Rasulullah, jelaskanlah kepadaku tentang firman Allah: Di dalam surga itu ada bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik (Ar Rahman 70) ..!”

Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita.”

Aku bertanya lagi, “Jelaskanlah padaku firman Allah: Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan baik.” (Ash Shaffat 49) ..!”

Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada bagian dalam telur dan terlindung dari kuliat bagian luarnya, atau yang biasa disebut putih telur.”

Aku bertanya lagi, “Ya Rasulullah,jelaskan padaku firman Allah: Penuh cinta lagi sebaya umurnya (Al Waqi’ah 37) ..!

Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia dalam usia lanjut dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Allah menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi, dan umurnya sebaya.”

Aku bertanya, “Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukan bidadari yang bermata jeli?”

Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak terlihat.”

Aku bertanya, “Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama dari bidadari?”

Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, “Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.”

Aku berkata, “Ya Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan merekapun masuk surga. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?”

Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu diapun memilih siapa di antara mereka yang paling baik akhlaqnya. Lalu dia berkata, “Rabbi, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya…”

…Wahai Ummu Salamah, akhlaq yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.” (HR At Thabrani)


Lalu seperti apakah agar bidadari cemburu padamu?

Menjadikan diri shalihah, agar bidadari cemburu padamu.

Allah berfirman:

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri 289*) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)290*). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya 291*), maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya 292*). Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. " (QS. An Nisaa' : 34)

289*). Maksudnya: Tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.

290*). Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.

291*). Nusyuz: yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. Nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.

292*). Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Nabi Shalallahu ‘alaihiwassalam ditanya:’Siapakah wanita yang paling baik?’ Beliau menjawab:
‘(Sebaik-baik wanita) adalah yang menyenangkan (suami)-nya jika ia melihatnya, mentaati (suami)-nya jika ia memerintahnya dan ia tidak menyelisihi (suami)-nya dalam hal yang dibenci suami pada dirinya dan harta suaminya.’” (HR. Ahmad, al Hakim, an Nasa’i dan ath Thobrani dan di Shohihkan oleh al Albani).

Jadi jangan sampai salah dalam memilih pasangan, pilihlah wanita yang shalihah.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihiwassalam beliau bersabda:

“Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, kecantikannya dan karena dien (agama)-nya; maka pilihlah yang memiliki dien maka engkau akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bagaimana menjadi wanita Shalihah?

Apakah wanita shalihah itu orang yang berbuat baik, mau sholat, menurut kepada suami selama tidak bertentangan dengan perintah Allah sementara dirinya tidak mau memakai jilbab yang menutupi auratnya?